Kamis, 16 Februari 2017


Geomorfologi berasal dari kata “geo” yang berarti bumi, sedang kata “morfo” atau “morphe” berarti roman muka dan “logi” yang artinya ilmu. Secara umum geomorfologi mempelajari tentang bentangalam maupun bentuklahan dan proses-proses yang bekerja serta hasilnya di bagian permukaan bumi ini.
Proses geomorfik adalah semua perubahan fisika dan kimia yang memberikan efek bervariasi pada bentuk roman muka bumi. Proses geomorfik dibedakan menjadi:
1.    Proses Eksogenik: proses pembentukan bentang alam yang diakibatkan tenaga-tenaga dari luar bumi.
2.    Proses endogenik: proses pembentukan bentang alam yang disebabkan tenaga dari dalam kulit bumi.
            Menurut Van Zuidam (1979), berdasarkan genesanya atau asal muasalnya bentang alam dikelompokan menjadi:
1.    Bentang alam Vulkanik
2.    Bentang alam Fluvial
3.    Bentang alam Struktural
4.    Bentang alam Kars
5.    Bentang alam eolian
6.    Bentang alam Laut dan Pantai
7.   Bentang alam Denudasional
8.    Bentang alam Glasial
 


1.1        Bentang Alam Vulkanik

Gambar 5.1 kenampakan bentang alam vulkanik

Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang terbentuk sebagai akibat dari proses atau kegiatan vulkanisme/gunung berapi. Vulkanisme dibagi dalam menjadi tiga macam :
1. Vulkanisme letusan: vulkanisme pada magma yang bersifat asam dan kental. Memiliki karakteristik letusan yang kuat dan umumnya menghasilkan material piroklastik serta membentuk gunung api terjal.
2. Vulkanisme lelehan: vulkanisme pada magma  dan basa ersifat encer, dimana vulkanisme ini memiliki letusan yang lemah. Vulkanisme jenis ini akan membentuk gunung api jenis perisai.
3. Vulkanisme campuran: vulkanisme pada magma intermediate, umumnya membentuk gunung api strato.
Gunung api dapat dibedakan berdasarkan tipe erupsinya menjadi :
1. Tipe Hawaii (perisai): tipe gunung ini memiliki tipe vulkanisme lelehan dengan bentuk kubah yang relatif landai, umumnya tedapat kaldera.
2. Tipe Krakatau: memiliki tipe vulkanisme lelehan dan letusan.
3. Tipe Pelee: memiliki tipe vulkanisme letusan dengan bentuk bentang gunung kerucut.

Tabel 5.1 Beberapa Contoh Tipe Gunung Api
Berdasarkan penampakan morfologi, bentang alam gunung api diklasifikasikan menjadi :
1.      Depresi vulkanik; umumnya berupa bentang alam cekungan. Depresi vulkanik dapat berupa danau vulkanik, kawah, dan kaldera.
2.      Kubah vulkanik; bentang alam yang memiliki bentuk cembung ke atas, berupa Parasite cone, Cinder cone.
3.      Vulkanik semu; bentang alam yang mirip gunung api, bahkan dapat terbentuk karena proses vulkanisme yang berdekatan.
4.      Dataran vulkanik; dicirikan dengan puncak vulkanik yang datar dan memiliki perbedaan/variasi perbedaan ketinggian yang tidak terlalu mencolok. Dataran vulkanik berupa dataran rendah basal, plato basal, dan dataran plato basal.

1.2Bentang Alam Fluvial
Bentang alam fluvial adalah bentang alam hasil dari proses kimia maupun fisika yang menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena pengaruh air permukaan (proses fluvial). Proses fluvial dibedakan menjadi :
a. Proses Erosi: Proses terkikisnya batuan karena air. Pengkikisan ini dapat berupa abrasi, skouring, pendongkelan, dan korosi.
b. Proses Transportasi : Proses terangkutnya material-material hasil erosi. Proses ini dapat berupa menggelinding ,meloncat, traksi dan mengambang.
c. Proses Pengendapan : Proses yang terjadi apabila tenaga angkut dari sungai berkurang sehingga beban tidak dapat diangkut lagi. Dalam proses ini, material-material yang lebih berat akan terendapkan di bawah material yang lebih ringan.
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi :
a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk
- Banyak dijumpai air terjun dan tidak terjadi pengendapan
b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi lateral efektif dan relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak dan bermeander
- Kemiringan datar

1.3Bentang Alam Struktural
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukkannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan.Struktur geologi yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas.  Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.
Bentang alam struktural dapat dikelompokkan berdasarkan struktur yang mengontrolnya.Srijono(1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi bentang alam struktural berdasarkan struktur geologi pengontrolnya menjadi 3 kelompok utama, yaitu dataran, pegunungan lipatan dan pegunungan patahan.
1.      Bentang alam dengan struktur mendatar (Lapisan Horisontal)
Menurut letaknya (elevasinya)dataran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.       Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0–500 kaki dari muka air laut.
b.      Dataran tinggi (plateau), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki di atas muka air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi daripada bentanglahan di sekitarnya.
2.      Bentang Alam dengan Struktur Miring
a.       Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 30o (Tjia, 1987).
b.      Hogback : sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan lebih dari 30o (Tjia, 1987). Hogback memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri.
3.      Bentang Alam Dengan Struktur Lipatan
Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin, sedangkan bagian lembah disebut dengan sinklin.
4.      Bentang Alam dengan Struktur Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya tekan yang bekerja pada kulit bumi, sehingga mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Ada 3 jenis sesar (berdasarkan arah gerak relatifnya), yaitu sesar geser, sesar naik dan sesar turun.Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis patahannya secara langsung.
Ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
·         Beda tinggi yang relatif menyolok pada daerah yang sempit
·         Mempunyai resisitensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir sama.
·         Adanya kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang.
·         Dijumpai sistem gawir yang lurus (pola kontur yang panjang lurus dan rapat).
·         Adanya batas yang curam antara perbukitan/pegunungan dengan dataran yang rendah.
·         Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok dengan tiba-tiba dan menyimpang dari arah umum.
·         Sering dijumpai (kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat.
·         Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, dan contorted, serta modifikasi dari ketiganya.

1.4 Bentang Alam Kars
Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di tempat lain sebagai mata air yang besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bentang Alam Karst:
1.Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi :
a.Ketebalan batugamping
b.Porositas dan permeabilitas
c.Intensitas struktur (kekar)
2.Faktor Kimiawi
Faktor-faktor kimiawi yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi :
a.Kondisi kimia batuan
b.Kondisi kimia media pelarut
3.Faktor Biologis
4.Faktor Iklim dan Lingkungan
Kondisi batuan yang menunjang terbentuknya topografi karst ada 4, yaitu:
a.Mudah larut dan berada di atau dekat permukaan.
b.Masif, tebal dan terkekarkan.
c.Berada pada daerah dengan curah hujan yang tinggi.
d.Dikelilingi lembah Proses pelarutan pada batugamping
Bentang Alam Hasil Proses Karstifikasi. Bentuk morfologi yang menyusun suatu bentang alam karst dapat dibedakan menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk konstruksional dan bentuk-bentuk sisa pelarutan
1.      Bentuk-bentukKonstruksional
Bentuk-bentuk konstriksional adalah topografi yang dibentuk oleh proses pelarutan batugamping atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa oleh air. Berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Bentuk-bentuk minor
Bentuk-bentuk bentang alam minor antara lain:
1.Lapies                                    4. Palung karst
2.Karst split                              5.Speleotherms
3.Parit karst                              6.Fitokarst
Sedangkan bentuk-bentuk topgrafi karst mayor antara lain :
1.Surupan (doline)                    4.Jendela karst
2.Uvala                         5.Lembah karst
3.Polje                                      6.Gua dan terowongan
Bentuk-bentuk Sisa Pelarutan
Yang dimaksud dengan sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi sudah berjalan sangat lanjut sehingga meninggalkan sisa erosi yang khas pada daerah karst.
Macam-macam morfologi sisa antara lain :
1.Kerucut karst
2.Menara karst
                                   
1.5  Bentang Alam Eolian
Bentang alam eolian adalah bentang alam yang terbentuk sebagai pengaruh dari angin. Proses pembentukan yang terjadi meliputi proses pengikisan oleh angin, transport oleh angin dan proses sedimentasi.
Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi atau korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin.
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan cara transportasi oleh air, yaitu secara melayang (suspesion) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling).
 Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material (pasir dan debu)tersebut akan diendapkan.
Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.    Bentang alam akibat proses erosi oleh angin
Bentang alam yang disebabkan oleh proses erosi ini dibedakan menjadi yaitu bentang alam hasil proses deflasi dan bentang alam hasil proses abrasi.
Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a.  Cekungan deflasi (deflation basin)
b.  Lag gravel
c.   Desert varnish
Sedangkan bentang alam hasil proses abrasi dibedakan menjadi:
a.  Bevelad stone
b.  Polish
c.   Grooves
d.  Sculpturing(Penghiasan)
2.      Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin
a.    Dune
b.    Loess

 1.6 Bentang Alam Delta dan Pantai
Delta adalah suatu bentuk yang menjorok keluar dari garis pantai (seperti huruf D), terbentuk saat sungai masuk ke laut, dengan banyaknya suplai sedimen yang dibawa air sungai lebih cepat dibanding proses pendistribusian oleh proses-proses di pantai. Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Delta
1. Iklim                               5. Proses Pasang Surut
2. Debit Sungai                  6. Arus pantai
3. Produk Sedimen             7. Kelerengan paparan
4. Energi gelombang          8. Bentuk Cekungan Penerima dan proses Tektonik
Syarat-Syarat terbentuknya Delta :
1. Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan yang minimum.
2. Jumlah bahan yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak
3. Laut pada daerah muara sungai cukup tenang.
4. Pantainya relatif landai.
5. Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak terganggu oleh aktivitas air laut.
6. Tidak ada gangguan tektonik, kecuali penurunan dasar laut seimbang dengan pengendapan sungai .
Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan (Thombury, 1969).  Faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi pantai: pengaruh diatropisme, tipe batuan, struktur geologi, perubahan naik turunnya muka air laut, serta pengendapan sedimen asal daratan/sungai, erosi daratan dan angin. Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.    Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
2.    Shore line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan relatif merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa.
3.    Coast (pantai), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh dari air laut.
Klasifikasi Pantai
1. Klasifikasi Pantai Secara Klasik, Johnson (1919), dibagi menjadi :
a. Pantai Tenggelam (submergence coast)
b. Pantai Naik (emergence coast)
c. Pantai Netral
d. Pantai Campuran
3. Klasifikasi Pantai Berdasarkan Tenaga Geomorfik Shepard (1963) dikutip Sunarto (1991) mengelompokkan pantai menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Pantai primer (muda).
b. Pantai sekunder (dewasa).
4. Klasifikasi Pantai secara Klimato- genetik Dasar : hubungan antara energi gelombang dengan morfologi pantai, serta memperhatikan signifikasi peninggalan sejarah dan aspek-aspek geologis dalam evolusi pantai.  Dibagi menjadi :
a. Pantai Lintang Rendah
b. Pantai Lintang Tengah
c. Pantai Lintang Tinggi           

1.7 Bentang Alam Denudasional
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah.
Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi (tidak termasuk erosi dan pengangkutan hasil perubahan itu). Ketika batuan tersingkap, mereka akan menjadi subjek dari semua hasil proses pemisahan/dekomposisi batuan insitu
Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan terbawa sepanjang aliran  sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus menjadi seragam secara relatif dan tipis (sempit), partikel dipindahkan dari permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi
Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu.

1.8 Bentang Alam Glasial
Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mampu bergerak karena pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami kompaksi dan rekristalisasi.Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah melewati beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau hilang.
Ada dua tipe bentang alam glasial :
1.    Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
2.    Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Proses Pembentukan Gletser:
Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akanmengendap pada suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk granular (granular snow) lalu mengalami sementasi membentuk es geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk salju menjadi gletser dinamakn firn.
Gambar5.2  Siklus glasiasi
Glacial Budget :
1.        Positive budget → bila dalam periode waktu tertentu, jumlah gletser > es yang meleleh/hilang.
2.        Negative budget → bila terjadi penurunan volume gletser (menyusut).
Gletser dengan positive budget  yang tertekan keluar dan ke bawah pada tepinya disebut advancing budget, sedangkan gletser dengan negative budget yang makin kecil volumenya dan tepinya meleleh disebut receding budget. Bila jumlah es yang yang bertambah sama dengan volume penyusutan es maka nilai advancing budget seimbang dengan receding budget, hal ini disebut balance budget. 

Daftar Pustaka
Staff Asisten Geologi Dasar 2016. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar.UNDIP:Semarang